Pendampingan pembuatan Produk Batik Berbasis QRCode sebagai Penguat Personal Branding UKM Batik pada Persaingan Pasar Global

Gejolak ekonomi yang dialami oleh masyarakat Indonesia dampaknya sangat besar bagi perkembangan bisnis di Indonesia. Dunia bisnis yang menjadi poros utama bagi roda perekonomian Indonesia didominasi oleh usaha mikro kecil menengah (UMKM). UMKM di Indonesia menjadi penopang perekonomian pada beberapa dekade terakhir. Berbicara mengenati UMKM di wilayah Jawa Tengah, khususnya Kota Pekalongan, tampak di dominasi oleh UMKM batik menjadi salah satu fokus permasalahan yang disoroti dalam hal pemasaran dan manajemen pengelolaan agar terus mampu menjadi market leader pasar batik dunia. Selanjutnya diperlukan berbagai upaya bagi UMKM batik untuk bertahan di pasar bahkan upaya dalam peningkatan perekonomian karena berkaitan erat dengan warisan budaya Indonesia, keberlanjutan usaha dan tenaga kerja

Saat ini peranan dari komunitas menjadi poros utama untuk membangkitkan UMKM batik agar mampu mempertahankan perekonomian. Melihat fenomena sebagai analisis situasi pada mitra kegiatan pengabdian bahwa Kampung Batik Kauman telah berdiri sejak 2007 sebagai kampung batik tertua di Kota Pekalongan. Kini kipraknya tampak setelah mendirikan Omah Kreatif pada Desember 2018 lalu. Omah kreatif tersebut sebagai wadah kreatifitas bagi UMKM yang tergabung di Perkumpulan Kampoeng Batik Kauman. Beberapa kegiatan dilakukan di Omah Kreatif, diantaranya workshop dan kegiatan forum group discussion (FGD). Melalui Omah Kreatif juga mampu menjadi ruang ajang pamer karya perajin atau UMKM batik sehingga bagi wisatawan yang berkunjung akan lebih mudah melihat dan menikmati karya UMKM batik yang tergabung di Kampoeng Batik Kauman tanpa perlu mengunjungi lokasi produksi satu persatu.

Selanjutnya masih tampak adanya permasalahan yang dihadapi mitra kegiatan pengabdian sehingga perlu dilakukan kegiatan pelatihan dan pendampingan yang akan menjadi solusi atas permasalahan yang sedang dihadapi oleh mitra, diantaranya permasalahan aspek pemasaran dan aspek manajemen pada UMKM batik. Selanjutnya diperkuat dengan observasi awal dari hasil wawancara yang dilakukan pada salah satu komunitas Batik tertua di Kota Pekalongan, yaitu Komunitas Batik Kauman atau yang familiar disebut dengan nama “Paguyuban Kampoeng Batik Kauman” yang memiliki kegiatan rutin yang menjadi event calendar Paguyuban Kampoeng Batik Kauman dengan terus berupaya melakukan solidaritas kolektif (collective solidarity) sehingga aksi-aksi solidaritas terus akan menjaga keberfungsian komunitas. Aksi-aksi solidaritas akan dapat merawat kesadaran tentang kebersamaan sekaligus saling membantu, menjaga, dan melindungi keberadaan anggotanya. Berbagai kegiatan rutin dilakukan untuk meningkatkan kesejahteraan UMKM yang tergabung didalamnya.

Meskipun memiliki kegiatan rutin, namun masih tampak adanya kendala UMKM batik yang menjadi kelemahan, yaitu kurangnya promosi pada UMKM batik, dan kurangnya menjaga loyatitas pelanggan atau mempertahankan repeat order konsumennya. Kendala tersebut karena kurangnya penataan organisasi dan manajemen yang baik, seperti kurang tertibnya dalam melakukan pengarsiban data based konsumen dan juga kurang memperhatikan identitas UMKM pada produk batik yang dipasarkan. Mereka hanya terfokus pada propduksi dan menjual produknya tanpa memperhatikan kemasan, label, atau identitas yang membawa personal branding sehingga konsumen dapat dengan mudah menemukan identitas UMKM dari produknya. Selain itu filosofi batik yang selalu diusung pada tiap pembuatan motif seakan tidak tersampaikan secara luas, baik pada konsumen maupun masyarakat luas.

Bersadarkan data yang didapatkan tercatat sebanyak kurang lebih 50 UMKM batik yang tergabung di paguyuban kampoung batik Kauman, namun kini hanya sekitar 30 UMKM saja yang masih bertahan memproduksi batik mengingat di pasar lokal dan nasional bermunculan produk tiruan batik (printing) yang mampu menggeser konsumen beralih membeli produk mereka. Fakta bahwa masih minimya pengetahuan masyarakat tentang perbedaan antara batik dan tiruan batik sehingga mengakibatkan keberadaan produk batik terancam karena aproduk tiruan harganya jauh lebih murah karena diproduksi secara masal bukan dengan cara handmade 2. Sebagian dari mereka kini hanya menunggu pesanan batik dari pelanggan yang tidak seberapa banyak dengan kauntitas tertentu, dan sisanya UMKM batik lainnya memilih melakukan banting stir dengan mencoba berbagai usaha untuk mempertahankan usahanya, seperti dengan berjualan daster, masker, berjualan sembako, berjualan makanan ringan, dan tak sedikit yang mencoba peruntungan fokus mempromosikan produknya di media internet atau dengan kata lain mengimplementasikan model bisnis baru dan transformasi digital pada usaha mereka. Namun hal tersebut bukan merupakan suatu yang mudah karena bagi sebagian besar pelaku UMKM batik yang minim akan pengetahuan digitalisasi .

Sejalan dengan permasalahan mitra, maka kegiatan pengabdian ini dilakukan dengan tujuan agar UMKM dapat mempertahankan usahanya ditengah persaingan pasar yang ketat dengan membuat produk inovatif dan memperkuat strategi pemasaran UMKM berbasis digital. Kegiatan dilakukan dengan memberikan pemahaman dan pelatihan berupa pelatihan dan pendampingan dalam penyusunan informasi terkait profil UKM yang akan diinput pada QRCode agar UMKM batik dapat mengedukasi masyarakat tentang perbedaan produk batik dengan tiruan batik, selain itu juga dapat memberikan pengetahuan pada konsumen dan masyarakat tentang motif atau ragam hias batik hingga filosofi atau maknanya. Strategi untuk memperkuat personal branding juga dilakukan dengan brand name dan melakukan pemasaran yang tepat secara digitalisasi dengan emanfaatkan media soasil dan e-commerce yang ada

Permasalahan utama yang dihadapi oleh UMKM batik di Kampung Batik Kauman adalah bagaimana mempertahankan eksistensi produk batik agar mampu berdaya saing dan mampu bertahan sebagai market leader pada pasar global mengingat kompetitor semakin banyak dan bahkan bermunculan tiruan batik yang bagi sebagian masyarakat bahwa produk tersebut memiliki kesamaan atau merupakan produk batik, meskipun kenyaaannya berbeda. Selanjutnya maka dibutuhkan strategi penguatan personal branding dan menajemen UMKM yang tepat agar UMKM batik dapat meningkat distribusinya dan mampu berdaya saing global.

Melalui kegiatan pengabdian kepada mayarakat ini, maka tujuan utama kegiatan adalah menciptakan inovasi batik art berbasis QRCode sebagai penguatan personal branding UMKM batik yang tergabung pada paguytuban kampung batik Kauman guna mempertahankan eksistesi membentuk konsep baru yang dilakukan secara kolektif oleh payuban kampung batik Kauman melalui penciptaan produksi batik yang mengusung sisi teknologi, sehingga mampu mengangkat personal branding UMKM batik melalui inovasi pada produk batiknya yang dipasarkan dengan QRCode yang berisi informasi tentang data atau profil UMKM batik lengkap dengan alamat dan nomor telepon yang dapat dihubungi dan filosofi dari kain batik yang dibuatnya, sehingga mampu meningkatkan personal branding dan kualitas produknya, dimana bukan hanya menjual kain batik, namun kain batik yang merupakan karya seni bernilai tinggi karna tiap motifnya dibuat dengan filososi tersendiri. Maka dapat diperlukan peran dari komunitas yaitu Perkumpulan Kampoeng Batik Kauman dalam menciptakan inovasi labelisasi batik berbasis QRCode sebagai penguatan personal branding UMKM batik guna mempertahankan eksistesi produk sebagai kearifan lokal yang telah diakui dunia secara berkelanjutan

IPTEKS yang dikembangkan pada program pengabdian kepada masyarakat yaitu inovasi produk batik dengan label berbasis QRCode. Label batik berbasis qr code merupakan sebuah kode atau barcode yang terdiri dari dua dimensi yang diperkenalkan oleh Perusahaan Jepang Denso Wave pada tahun 1994. Jenis barcode ini awalnya digunakan untuk melacak persediaan di bagian manufaktur kendaraan dan sekarang sudah digunakan dalam berbagai industri perdagangan dan jasa.



QRCode dikembangkan sebagai suatu kode yang memungkinkan isinya untuk dapat diterjemahkan dengan kecepatan tinggi. QRCode terdiri dari sebuah untaian kotak persegi yang disusun dalam suatu pola persegi yang lebih besar, yang disebut sebagai modul.


Bermula dengan menyusun website yang akan dikembangkan melalui pelatihan dan pendampingan mitra. Website tersebut berisi data profil UMKM, informasi tentang motif atau filosofi yang dapat dilihat oleh konsumen yang membeli produk batik dengan cara pindai label qrcode yang ada di produk batik. Penggunaan QRCode sebagai kode dalam mengakses informasi produk batik secara digital, dengan informasi yang termuat diantaranya; profil UMKM batik yang memproduksi, nama motif batik, hingga filosofi batik. Harapannya saat produk batik diberikan label QRCode, maka dapat mempermudah konsumen dalam mencari siapa perajin atau UMKM yang membuatnya, mengetahui motif batik bahkan sampai pada filosofi motif batik tersebut. Melalui inovasi ini akan menjadikan produk batik berkualitas dan mampu mengangkat personal branding UMKM pembuatnya hingga ke pasar global.




Website yang telah dibangun dan kode QRCode akan dihibahkan pada mitra kegiatan pengabdian kepada masyarakat yaitu UMKM Batik di Perkumpulan Kampoeng Batik Kauman Kota Pekalongan. Selanjutnya melalui label QRCode pada produk batik maka akan berdampak pada peningkatan penjualan.

Berikut link website hasil luaran kegiatan ini, yang dibangun oleh Tim PKM dan support dari PKBK (Perkumpulan Kampoeng Batik Kauman Pekalongan)

1.   Website Perkumpulan Kampoeng Batik Kauman --  akses disini

2.   Toko Online Kampoeng Batik Kauman -- akses disini

Semoga kegiatan ini bermanfaat.

Share:

2 komentar:

  1. Wah sekarang QR code merambah bisnis/UMKM batik ya, gak hanya QR code di bisnis kuliner aja seperti https://tantri.id/ . Makin maju aja Indonesiaku!!

    BalasHapus

Terimakasih

Logo Sinta Png@pngkit.com

Popular Posts

JUMLAH KUNJUNGAN

Follower

Arsip Blog